Selamat Datang Sahabat, Semoga bermanfaat apa yang ada di sini....

Wednesday, April 16, 2014

Aida

“ Di kala hati resah
Sribu ragu datang memaksaku
Rindu semakin menyerang
Kalaulah aku dapat membaca pikiranmu
Dengan sayap pengharapanku
Ingin terbang jauh...”

Lantunan lagu dari Ipod ku semakin membawa lamunanku ke titik kerinduan terdalam kepadamu.
Resah, gelisah mulai merasuki diriku yang sedari tadi menunggu kehadiran mu dibawah sinaran bulan purnama yang indah.

Teringat saat bertemu dengan mu, aku tidak melihat lagi dimana temanku saat itu, hanya kita berdua saat engkau hadir tiba-tiba. Angin menyibakkan rambut yang menutup mata mu, di situ aku melihat tatapan matamu yang tajam namun tulus.

“ Ainal “ Kata ku sambil kujulurkan tangan ku tanda ingin berkenalan dengan mu.
“Aida” jawab kamu dengan singkat setelah tepat 7 menit aku menunggu dengan posisi seperti itu.

Engkau datang seperti candu bagiku. Moralitas, kemanusiaan dan religi melarang hubungan gelap kita. Namun aku tak pernah ragu sedikit pun untuk mencintaimu. Ada satu hal yang membuat aku selalu nyaman dengan mu. Kamu tidak pernah memaksakan aku untuk menjadi seperti yang kau inginkan, aku pun begitu, Sayang.
 Kita menjalani kisah ini dengan tulus, suci bagi kita. 
“Aku tak peduli apa kata orang. Aku sayang padamu, Aida” jawab ku ketika kamu bertanya soal hubungan kita. 

“ Ainal, kamu gila ? Kamu sudah tidak waras ? “  Andi setengah kaget ketika mendengar kisahku padamu. 
“ Kamu tidak mengerti Ndi, aku merasakan hidup saat berada di dekatnya, adrenalin jiwaku tumbuh setiap kali bertemu denganya. Bahkan saat – saat tertentu aku merasakan melayang jauh diatas awan seperti mempunyai sayap, menggapai indahnya bulan, Aku tak bisa lepas dari nya, Ndi.”  Jawab ku pasti  
" Satuhal yang tidak aku dapat dari orang-orang yang pernah menjadi pasangan ku Ndi, Ketulusan dan memahami perbedaan. Semua memaksaku untuk menjadi seperti yang mereka inginkan. aku tidak hidup" ujarku lagi.
Andi berpaling lalu bergegas melangkah “ Gila! “ katanya. 
Namun aku hanya tersenyum.

“Ainal” seperti biasa, kamu selalu mengagetkan aku dengan suara datarmu. 
“ Aida kenapa lama sekali ? “ aku bertanya.  
“ Aku harus pergi “ Jawab mu dengan datar. 
Aku mencoba mencerna, batas apa lagi yang dapat memisahkan kita. “ Maksud kamu ? “ Tanyaku, 
“ Aku harus melalui gerbang cahaya menuju dunia yang berbeda. Waktu ku telah habis!”  jawab mu terpatah-patah namun masih dengan suara yang datar “ 

Kamu berbalik badan tanpa memperdulikan aku, berjalan tanpa suara, melangkah tanpa jejak. 
“ Bagaimana cara untuk menjadi kamu, Aida?” Teriak ku padamu “ Tolong jelaskan kepadaku “ Teriak ku lagi “. Tetap tak ada jawaban dari mu. 
Aku hanya mendengar suara tawa khas mu “ Hi hi hi “.

Aku lunglai tak berdaya disini, hati ku hancur sudah, aku bukan aku tanpa kamu. Kamu kuntilanak terindah bagiku. Tak ada manusia yang seperti kamu. “ Tolong, Kembalilah Aida!” seruku dalam kegelapan malam.
 " Aku akan menjemput mu, Aida " Kulantangkan suaraku agar kau dengar sambil menggoreskan nadi ditangan kiriku. " Tiada lagi harapan " ujarku perlahan saat mata ini mulai tertutup dan melihat sesosok malaikat maut yang murka. 

Tuesday, April 8, 2014

Aku memilih "Tidak Memilih "

Aku Memilih " Tidak Memilih"

Angan ku melayang jauh, menerawang sejarah hidup ku 13 tahun yang lalu. Tahun 2001 bulan September aku menapak kan kakiku pertama kali diKampus STMT Trisakti.

Selesai Orientasi mahasiswa yang luar biasa, diriku tergugah. Orientasi tersebut begitu terkonsep tanpa kekerasan fisik namun mampu membuka matabatin "perubahan".

" Bang, Aku pecandu narkoba. Aku mau berubah bang, aku mau berhenti. Aku muak terus hidup dengan ketergantungan seperti ini." ujarku seraya memohon bantuanya untuk memberi jalan untuk ku. " Besok kau bawa pakaian kau, kau minta maaf sama orang tuakau dan minta izin sama mereka untuk kau tinggal dengan kami diPondok ini." beliau menjawab dengan logat Batak yang sangat kental, singkat jelas sembari lanjut memainkan gitar yang sudah usang dengan lagu perjuangan yang aku pun belum paham akan bait-baitnya.

Hari-hari berikutnya Abang itu bersama dengan abang serta kaka lainya banyak membina kami, kami tergabung dalam satu wadah perjuangan Kesatuan Aksi Mahasiswa Trisakti lebih dikenal dengan KAMTRI, sebuah garis keras perjuangan mahasiswa melawan ketidak-adilan, melawan kebusukan dan menolak reformasi yang hanya diisi oleh orang-orang baru dengan kelakuan yang sama seperti sebelumnya.

Kami semua dengan bimbingan abang itu, mencari dana, turun kejalan berjuang ditengah terik matahari, membicarakan kondisi negara, dekadensi moral dan sebagainya. Tetapi jangan harap kita bisa tinggalkan kuliah, jika kami mendapat IPK dibawah 2,75 siap-siap Gesper abang itu melayang kepundak kami. " Sakit bang" ujar ku ketika beliau tau IPK ku hanya 1, " Sakit mana sama orang tua kau!!!  " lagi logat batak itu keluar dari mulutnya.

Entahlah akan jadi apa aku jika 13 tahun lalu aku tidak bertemu denganya.

Saat ini Jim Lomen Sihombing telah mencalonkan diri sebagai Caleg Partai Gerindra No Urut 8, Dapil Sumut 2.. tuk DPR RI
. Andai saja beliau diDAPIL daerah tempat KTP ku diterbitkan, maka ini akan menjadi PEMILU ku yang pertama, sebelumnya aku tidak pernah memilih siapapun untuk Ibu Pertiwi.

Saya akan pilih beliau karena saya kenal siapa beliau, perjuangan yang konsisten dan kesederhanaan menjadi cirikhas dari beliau. Harta, tahta dan wanita tidak pernah menggoyahkan garis-garis yang dinormakan oleh beliau menjadi nilai-nilai perjuangan yang tak akan pernah luntur.

Ku doakan abang, demi cita-cita perubahan bangsa ini. Bangsa yang sudah jauh dari nilai-nilai Pancasila. Tetap semangat abang ku.

Fandi

Friday, March 21, 2014

Komitmen

Sumber foto
Hidup itu ternyata hanyalah fatamorgana dipadang pasir yang tandus. Saat seseorang mulai putus asa, terlihat sesuatu keindahan untuk melepas dahaga panjang tetapi itu hanya ilusi perpaduan panas yang memantul dari matahari dan uap-uap pasir, dahaga itu tetap ada.

Saat aku berada ditengah-tengah keputusan untuk menentukan jalan hidupku, batas antara moralitas dan nafsu mulai bias, tidak terlihat dan semu. Kemiskinan menjadi pembenaran untuk ku.  

Email dari pelanggan setia ku tertulis dengan singkat padat dan jelas disertai dengan foto “ Habisi tanpa rasa sakit” isi email tersebut. Ku pandangi  lampiran foto itu, “ Gadis malang, engkau terlahir cantik tetapi mengapa ada orang yang membencimu.” Ujarku dalam hati “ ah sudahlah, bukan urusanku.”  Aku tidak mengenal siapa pelangganku itu, tak perlu ku tahu, itulah komitmen dalam bisnis ini.

Setelah verifikasi pembayaran, aku segera membuat skema eksekusi dengan detail. Tibalah hari eksekusi. Pukul  22.00, aku sudah berada di loteng rumah gadis itu, baru ku tahu, ternyata dia tidak sendiri, dia tinggal dengan seorang bapak yang sudah renta dan tak mampu menggerakan seluruh anggota tubuhnya, ku perhatikan nampaknya itu adalah ayahnya, begitu dia memanggilnya. Setelah selesai dengan urusan orang tua yang tak berdaya itu, gadis itu pun tertidur tepat disebelah  orang yang hanya mampu berkedip itu. Jam 24.00 adalah waktu yang tepat pikir ku, gadis itu pasti sudah akan pulas sekali.

Pukul 23.56 oh tidak, aku melihat dia terbangun, merapihkan selimut ayahnya dan keluar dari kamar, 5 menit kemudian dia masuk, menggelar sajadah dan memakai mukena. Aku bisa saja membunuhnya sekarang, namun ku-urungkan niat, nanti saja setelah selesai ibadahnya. Selesai salam dia membuka lembaran – lembaran kitab didepanya dan segera membacakan ayat-ayat suci tersebut. Itu Surat Ar-Rahman, aku tak asing dengan surat itu, Ibu-ku sering membacanya sewaktu aku kecil. Suaranya lembut dan sangat indah, aku tidak boleh lemah, sekarang saatnya!.

Aku segera turun dengan cepat tanpa suara, berjalan perlahan kearahnya diiringi dengan lantunan merdu. Aku sudah berada tepat dibelakangnya, dan tepat saat itu juga dia berhenti membaca, lalu “ Apakah kau akan membunuh-ku ? “ dia tiba-tiba bertanya. Aku berusaha menutup kebingungan, kegelisahan dan kepanikan ku “ Iya “ aku menjawabnya. “ Apa yang dapat menghentikan mu membunuhku ?” dia kembali bertanya, “ Tidak ada, aku sudah berkomitmen.” Ujarku.

Aku menarik kepalanya hingga mendongak keatas, kubiarkan dirinya mengucap Syahadat segera ku sayat urat nadi lehernya agar dia tidak merasakan sakit, darah nya mengenai ayahnya yang masih terlelap. Gadis itu tidak berontak dan tidak kejang, tenang lalu terjatuh dalam keadaan bersujud. Sepasang mata yang melihat ku membunuhnya kita telah ku tikam tepat dijantungnya, aku tidak pernah meninggalkan saksi hidup. Telah selesai tugasku, tetapi aku hanya diam dan tak dapat beranjak dari mereka.

Aku berlutut dan menangis, darah yang mengalir dari tubuh gadis itu mengeluarkan aroma yang aneh dan wangi. Gadis itu membuatku hidup…


Ku ceritakan secara detail kejadian 3 bulan lalu dipengadilan kemarin, termasuk 12 kasus pembunuhan lainya. Kini hidupku tinggal beberapa bulan saja, vonis mati telah diputuskan untuk ku,  namun inilah hidup bagiku, bukan lagi fatamorgana. 

Tuesday, March 18, 2014

Tak punya IDE!

Aku termenung melihat kursor yang berkedap-kedip di aplikasi Microsoft word yang tergambar didalam monitor, termenung tanpa memikirkan sesuatu mencoba merakit kata-kata yang indah namun tetap saja buntu.

Aku berfikir sejenak, bangkit dari tempat duduk dan segera menelurusi anak-anak tangga menuju dapur. Aku segera membuat kopi, aromanya menyegarkan pikiranku sejenak. Aku beranjak kembali ketempat ku tadi, duduk dan termenung kembali.

“Oh mungkin dengan musik ide ku akan keluar!” gunamku dalam hati untuk membahagiakan otak kanan kiri ku. “ Ada hati yang termanis dan penuh cinta, tentu saja kan ku balas seisi jiwa “ ternyata lagu KAHITNA, aku merasa tersindir oleh lagu itu. Bagaimana tidak, “aku jomblo! Bagaimana aku balas dengan seisi jiwa, yang bawa cinta kepadaku saja tidak ada.” Kembali aku matikan musiknya, aku masih memegang kendali disini.

Aduh mengapa seperti ini, perasaan bercampur aduk, galau tidak senang-pun tidak. Apa yang harus kulakukan  untuk mendapatkan ide untuk menulis Promt 43 dari salah satu group yang aku ikuti di Facebook. “ Hmmm kenapa tidak buka FB saja” pikirku “ mungkin aku akan dapat ide disana!”

Setelah proses login aku laksanakan dengan benar, maka masuklah aku dihalaman home FB. Kursor aku gerak-gerakan untuk melihat-lihat status teman-temanku, ini aku lakukan karena tidak mungkin aku check inbox, selalu kosong, kalaupun ada pasti promosi. Menyedihkan!.

Status Rohim Mardjuki “ Akhirnya bisa kampanye bareng si Yayang “ dilampirkanya sebuah foto, mereka sedang asik berdua, yang cowo pake peci berkaos merah, si cewe kaosnya merah juga dengan mimik mata setengah dipejam, mulut dimajukan sambil menunduk.

Status Kiply M Said “Puluhan siswa-siswi terlibat baku tembak di lapangan sebuah SMA. Mereka saling menyatakan cinta “ . Ah sementara aku disini sendiri termenung tak punya cinta. Gagal muda…

Status Dian M Saragih “gapapa deh kita beda kartu GSM,asal nantinya nama kita ada di KARTU Keluarga yang sama.” Lagi – lagi soal cinta. Apa ga ada yang lain dipikiranya.

Status Rizky Malkibul “Cintailah seorang wanita saja. Dua wanita terlalu banyak. Tapi tiga wanita lebih baik daripada tidak ada. “ Aku langsung klik Log out. End of story.

Azan maghrib membuyarkan lamunan dan kebuntuan ku, “ ada apa ini? “ gunamku dalam hati . Ah, sudahlah. Soal ide nanti pasti datang ketika inspirasi menjadi rangkaian kata-kata yang dapat ku tulis dengan indah. Soal Jomblo, itu pilihan ku! Aku memilih untuk mengurus mama yang kini hanya bisa terbaring ditempat tidur, tak bisa ku berikan pekerjaan itu kepada orang lain, mama ku telah mengurusku dengan segenap jiwa dan kasih sayang, “ Aku siap kehilangan masa remaja ku” ujarku pada papa waktu kami memutuskan yang terbaik untuk mama.


“ Mba, kerjakan yang lain saja. Biar aku yang menyuapi mama. Ujarku pada asiten rumah tanggaku yang setia. “ Mama, ayo makan yah ma, setelah ini kita Sholat bersama “ Aku berusaha memilih suara terlembut ku untuk mama ku. 

Life is not a bad of  a roses.

FND 

Tuesday, March 11, 2014

Plastik Hitam

Angin sepoi-sepoi dikala matahari masih genit memberikan intipan cahayanya. Burung-burung mulai berkicau berlompatan dengan riang gembira menanti sang fajar.
Aku termenung dibalik pintu, duduk menatap langit cerah yang mulai berubah warna seperti habis kelam.

Mataku berarah kepada suatu objek yang terbang diantara tiang listrik, benda itu seperti berkibar dan mengeluarkan suara gemericik, "plastik" aku yakin saat suara itu berbunyi kembali.

Meliuk-liuk, berkibaran dan melesat kesana kemari kala angin membawanya. Melambai-lambai dan kemudian jatuh dihadapanku. Aku berusaha bergegas mencari secarik kertas dan isolasi. Tidak ada yang membantu karena kini aku sendiri.

Setelah kembali aku duduk ditempat ku tadi, segara ku buat lipatan-lipatan sampai menyerupai bunga mawar putih. "Simbol kasih sayang nan suci" ujar ku dalam hati.

Plastik hitam tadi kutempelkan pada papan, lalu ku semai bunga kertas itu ditengahnya, senyum menyeringai pada wajahku "Lucu juga!"

Aku menyimpan dilemari putih yang kini sudah usang, "untuk anak ku tercinta, jika dia kembali nanti." Semenjak kelumpuhan kaki - ku, istriku berangsur bosan kepadaku lalu meninggalkan aku dalam kesendirian. 

Thursday, March 6, 2014

Kenangan.


Kutarik garis tengah antara luka dan bahagia, kupisahkan kedua nya dengan jarak-jarak yang tak bisa ku ukur dengan penggaris yang ku pinjam dari anak ku. 

Sesaat aku termenung dalam duka, namun sesaat kemudian aku tersenyum dalam tawa. Rasa takut mengalahkan keinginanku untuk bangkit. Aku tersenyum kembali. 

Aku mencoba untuk berjalan keluar dari ruang pengap dibelakangku, mencoba melihat bunga-bunga bermekaran, " Bunga Aster " aku mendengar suara lembut dibelakangku, segera aku menoleh namun tiada siapapun disitu.

Sudahlah, aku hanya ingin berkeliling ditaman ini, kuperhatikan dari jauh "hmmm binatang apa itu " dibalut dengan bulu-bulu putih yang lebat, seolah menyapaku dia melompat kesana kemari dengan riang. aku mencoba mengingat sesuatu.

Itu kelinci, aku teringat ketika membelikan kelinci untuk anak ku. Gadis kecil berambut ikal nan cantik dengan mata indah itu, terlihat senang. " Terima kasih papa" ujarnya sambil memeluk ku.

Kenangan indah, aku mencoba mengejar kelinci itu, sudah dekat, aku meloncat dan meluncur. Tiba-tiba kelinci itu hilang. Hanya batu batu besar melukai tangan dan jemariku. " Pak Kirto, mengapa setiap hari selalu melukai tangan bapak? ayo kita temui dokter. beliau sudah menunggu dari tadi" ujar seorang wanita paruh baya sambil menarik tanganku. aku hanya tersenyum. Kembali tersadar aku masih di RSJ.

FF -Lupa-


Saat masa anak-anak, orang tuaku selalu mengingatkan belajar dan belajar, mereka selalu bilang jadilah orang sukses, melebihi ayahku, saat itu aku tak mengerti apa itu sukses.

Saat remaja, aku berpacu dengan waktu, setiap kesempatan kuambil untuk merubah nasib ku. kadang aku bertanya kepada Tuhan, " Adilkah diriMu yang terus memberikan diriku cobaan-demi cobaan" baru kusadari, hidup itu memang keras. saat ini aku tau, ayahku tidak sukses.

Memasuki masa produktif, Lihatlah diriku. Apapun yang kamu mau, aku sediakan.
tak perlu tau ku dapat dari mana, aku sekarang menduduki jabatan penting di Negeri ini. Sekarang aku bisa tertawa lebar, pergi kemanapun aku mau, liburan hanya berdua dengan mu, melakukan apa yang aku mau, terserah aku bisa melakukan semua yang aku mau. Persoalan tanggung jawab, biarlah anak buahku yang menyelesaikan, itu gunanya staff ahli, mereka kubayar mahal untuk melakukan tugasku. tak jelas siapa yang lebih pintar, aku atau mereka. yang pasti mereka bekerja untuk ku. aku punya harta, tahta yang mereka tidak punya. Saat ini aku tau apa sukses itu.

Saat terakhir ku sadari kini aku terjebak dalam fana, "Tuhan, aku lupa beribadah" seketika semua gelap dan kelam.

Tuesday, March 4, 2014

Vacant : Social Media Specialist


Cinta sampai Mati!


Sumber Gambar 
Bulir-bulir keringat masih kurasakan keluar dari tubuhku.
Ditengah rintik hujan yang semakin deras aku melihat dirimu bercahaya memancarkan keindahan sang surya.
Rambutmu yang hitam, panjang dan sedikit bergelombang mempertegas keindahan raut wajahmu yang penuh keteduhan. Han, tak tahu kah dirimu bahwa kamu masih saja idola ku sampai saat ini.

Aku tertegun sejenak saat kamu menangis, air mata membasahi pipimu, terus menetes seiring dengan derasnya hujan dan dentuman menggelegar dengan kilatan cahaya tanda bertemunya awan positive dan awan negative. 

Oh tidak, jangan seperti itu Han, bukan itu yang kumaksud cinta sampai mati, aku mencoba meraih tangan mu, namun tak bisa. “ Jangan Han, Tolong, jangan berbuat itu…. Biarkan aku tetap melihatmu bahagia mesti dengan orang lain. “ sekali lagi aku berusaha mendorong tubuhmu, namun tetap saja tidak berhasil.
Aku menangis, tidak kah kau dengar aku Han, aku tak ingin seperti ini. Cinta sampai mati bukan seperti ini, Han. Aku berusaha berlari namun tak ada yang melihatku, aku berusaha memanggil mereka namun tidak ada yang mendengar.  

Sungguh aku mencintaimu, bukan untuk membuatmu tersakiti, aku menyesal telah berulang kali meminta mu untuk berjanji mencintaiku sampai mati.
“Tolong, dia belum mati” kulihat dirimu meraih tubuh ku, memelukku pucat dan tak berdaya, darah mengucur dari nadimu. Bukan Seperti ini sayang, engkau mengotori cinta suci ini!

Inspirasi : Beberapa Fiksimini Game: CINTA Sampai Mati dan Cinta Mati.

http://mondayflashfiction.blogspot.com/2013/07/fiksimini-game-cinta.html

Monday, February 24, 2014

Sepucuk Surat

" Kemana dia pergi ? " tanya seseorang disudut sana. 
Bisa kulihat matanya melotot memandangku dibalik kacamata. 

" Aku ga tau pa, dia berlari secepat kilat " sahut ku tak peduli. 

" Papa sudah bilang, kamu kejar dia, kamu urus itu. HARUS DAPAT! " nadanya meninggi berhasil mencuri perhatian ku. 

" Ayo kamu masuk kesana, cari sampai dapat! " kembali dia memberi perintah.

"Siap, Boss" Langsung kujawab dan merebahkan tubuhku untuk memasuki ruang gelap dan pengap. 

Sedikit ragu, kumasuki ruang itu, "demi Bokap" dalam hati ku menggunam. Sengaja tak kugunakan senter, perlahan aku merangkak, debu dan bau pengap dari kasur kapuk diatas ku membuat ku bersin.

"Huaaaacuuuuuhhh " sengaja ku kencangkan suaranya. Tiba-tiba ku temukan sepucuk surat, aku berusaha membacanya walau gelap..... 

" Papa sangat bangga padamu Nak, hari ini kamu memutuskan untuk bertanggung jawab atas perbuatamu, meski kamu tahu akan kehilangan masa depan kamu, tapi kamu ambil resiko itu untuk bertanggung jawab. Ketahuilah nak, tidak ada yang sempurna dalam hidup ini, namun tanggung jawab membuat hidup lebih indah " Isi surat itu. Aku tertegun tak kuasa menahan arus air mata. " Dapat ga ? " suara itu menghentikan lamunanku.

"Nah itu dia, bersembunyi dibalik  debu-debu yang menggumpal" gunamku seraya dengan cekatan aku menggerakan segenap tangan dan jemari ku untuk menangkapnya. " Got it" teriak ku, ku pegang kumis panjangnya sehingga dia hanya bisa menggerakan kaki-kakinya.... 

Aku keluar dari bawah kasur ku " Ini Pa, " sambil ku sodorkan kehadapanya. 


"Jangan mendekat, Papa lempar sepatu nanti, dari dulu papa Entomophobia* " Jawabnya singkat dan tegas. 

Kubuang kecoa itu keluar rumah " pergi, jangan kembali!" bisik ku kepada makhluk coklat itu.


Entomophobia - Takut pada serangga.


(FND) aka Bukan serangga

Friday, February 21, 2014

FF: Menghindar

Secepat kilat kubanting stir motor hitamku agar tidak mencium anak kecil yang menyebrang itu. 

Sesaat aku tertegun memandang senyum anak itu, aku pun tersenyum padanya saat kulihat Ban sebuah truck besar berusaha berhenti didepan mataku..........................................................................

Friday the 13th

Tergesa-gesa aku menaiki lift di gedung yang sudah 13 tahun berdiri dikawasan selatan jakarta. Ku biarkan mata-mata para satpam itu memandang ku penuh tanda tanya...... aku tergesa-gesa.

Mataku menatap tombol angka, tetapi mengapa aku menemukan angka 13 di lift ini, bukankah sebelumnya tidak ada? 

21 lantai yang kutuju, mengapa pintu terbuka dilantai 13, segera aku melihat jam tanganku......

Sekarang pukul 00.13 Hari Jum'at tanggal 13 January 2012.........

FF : Kupeluk Dirinya

Disaat saya mengharapkan keadaan yang baik-baik saja.........
Hati kecil ku bertanya " Seriously ? whats the point of life then? " 
Tersenyum bersimpul dibibir ini.......
Hidup adalah bagaimana kita menghadapi masalah..... 
Berliana Jangan takut sayank..... Kita hadapi semuanya bersama 

Kupeluk dirinya sambil menatap cermin dihadapanku....


FF : Obat Seumur Hidup

Hmmmm lelah sudah raga ini harus selalu hidup dengan larutan-larutan kimiawi yang terpadu melawan penyakit ku. 

Bukan tanpa efek samping, tubuh ini menjadi berkeringat, nafas ini kian berat dan tulang-tulang serasa retak menjelajar kian menggerogoti saraf-sarafku. 


Aku sudah lelah, kubiarkan sehari tubuhku lunglai tanpa obat itu, namun kau tak ada...................


Sekarang kau terbaring menangisi diriku dipelukan.


Ku ingin kau tau, obat terbaik adalah dirimu......

Terlambat……


Aku terus berlari di lorong gelap ini, tak peduli semua rekan kerja ku memanggil ku….. aku terus berlali.
Ini semua karena meeting intern diujung petang yang tak kuduga…. Tiba-tiba bos memanggil semua staff untuk duduk bersama membahas yang tadi pagi dibahas juga…… ach lelah…..

Setelah selesai aku langsung berlari, tidak sempat menggunakan lift, aku beralih ke tangga darurat, 14 lantai aku bisa mempercepat tempo ku…. Sambil bergunam ku telusuri anak-anak tangga….. Bau rokok….. “sial sudah ada larangan merokok dalam gedung, mengapa masih dilanggar, Sontoloyo” tambah lagi kegunamanku…. Arghhhhh kesal aku hari ini…..

Tibalah diujung jalan, kulihat kekanan dan kekiri, ternyata dia sudah ada disebrang jalan, berjalan angkuh tak memperdulikan aku sama sekali……….
Aku berusaha teriak sekuat tenaga…….. “MAS BEJOOOOOOO, BAKSOOOOOOOOO” dengan hentakan tangan aku berusaha menguatkan suaraku….
Yang kupanggil menjawab….” Haaabisssss masssss, Alhamdulilah……”

(FND)

FF: Diujung kematian....


Aku haus..... kurasakan bibir ini menggerutu
"Sekarang pada siapa kamu meminta minum" suaranya menggelegar seperti dentuman paku alam. 
"mungkin kamu mempunyai sedikit air untuk dahagaku..." aku berusaha menjawab meski sakit dan kering tenggorokanku. 
Sosok tinggi hitam tak jelas kulihat wajahnya hanya tertawa dan berkata " aku hanya memiliki timah panas dan bara api untuk mu "

Aku berusaha bangkit..... Namun........... achhhh semua terlambat....

(FND)

Games