Angin
sepoi-sepoi dikala matahari masih genit memberikan intipan cahayanya.
Burung-burung mulai berkicau berlompatan dengan riang gembira menanti sang
fajar.
Aku termenung dibalik pintu, duduk menatap langit cerah yang mulai berubah warna seperti habis kelam.
Mataku berarah kepada suatu objek yang terbang diantara tiang listrik, benda itu seperti berkibar dan mengeluarkan suara gemericik, "plastik" aku yakin saat suara itu berbunyi kembali.
Meliuk-liuk, berkibaran dan melesat kesana kemari kala angin membawanya. Melambai-lambai dan kemudian jatuh dihadapanku. Aku berusaha bergegas mencari secarik kertas dan isolasi. Tidak ada yang membantu karena kini aku sendiri.
Setelah kembali aku duduk ditempat ku tadi, segara ku buat lipatan-lipatan sampai menyerupai bunga mawar putih. "Simbol kasih sayang nan suci" ujar ku dalam hati.
Plastik hitam tadi kutempelkan pada papan, lalu ku semai bunga kertas itu ditengahnya, senyum menyeringai pada wajahku "Lucu juga!"
Aku menyimpan dilemari putih yang kini sudah usang, "untuk anak ku tercinta, jika dia kembali nanti." Semenjak kelumpuhan kaki - ku, istriku berangsur bosan kepadaku lalu meninggalkan aku dalam kesendirian.
Aku termenung dibalik pintu, duduk menatap langit cerah yang mulai berubah warna seperti habis kelam.
Mataku berarah kepada suatu objek yang terbang diantara tiang listrik, benda itu seperti berkibar dan mengeluarkan suara gemericik, "plastik" aku yakin saat suara itu berbunyi kembali.
Meliuk-liuk, berkibaran dan melesat kesana kemari kala angin membawanya. Melambai-lambai dan kemudian jatuh dihadapanku. Aku berusaha bergegas mencari secarik kertas dan isolasi. Tidak ada yang membantu karena kini aku sendiri.
Setelah kembali aku duduk ditempat ku tadi, segara ku buat lipatan-lipatan sampai menyerupai bunga mawar putih. "Simbol kasih sayang nan suci" ujar ku dalam hati.
Plastik hitam tadi kutempelkan pada papan, lalu ku semai bunga kertas itu ditengahnya, senyum menyeringai pada wajahku "Lucu juga!"
Aku menyimpan dilemari putih yang kini sudah usang, "untuk anak ku tercinta, jika dia kembali nanti." Semenjak kelumpuhan kaki - ku, istriku berangsur bosan kepadaku lalu meninggalkan aku dalam kesendirian.
6 comments:
teganya si istri :(
saya malah jadi sedih sendiri mas :(
mmmm, IMHO, saya masih belum nangkep apa yang pingin diceritain :). Semangat2 yah, kita sama2 belajar ^^
Istri dan anaknya pergi ya, kasian.
masih rancu untuk penggunaan awalan/kata depan 'di' ya...
untuk menunjukkan waktu/tempat:
di balik pintu
di antara
di kala matahari terbenam
sebagai kata kerja pasif:
digebug
ditutup
dipeluk
trus kalimat akhir itu juga rancu. dia menunggu anaknya, tapi keterangannya ditinggalkan oleh istri. kalau memang anaknya ikut pergi, mestinya disampaikan juga bahwa si istri pergi membawa anaknya.
demikian. ceritanya bagus :)
@https://www.blogger.com/profile/12633058967591849266
Mba Latree, Kritikan yang dasyat.
Thanks for that yah. Kedepan saya akan belajar lagi :)
Thanks
Post a Comment