“ Di kala hati resah
Sribu ragu datang memaksaku
Rindu semakin menyerang
Kalaulah aku dapat membaca pikiranmu
Dengan sayap pengharapanku
Ingin terbang jauh...”
Sribu ragu datang memaksaku
Rindu semakin menyerang
Kalaulah aku dapat membaca pikiranmu
Dengan sayap pengharapanku
Ingin terbang jauh...”
Lantunan lagu dari Ipod ku semakin membawa
lamunanku ke titik kerinduan terdalam kepadamu.
Resah, gelisah mulai merasuki diriku yang
sedari tadi menunggu kehadiran mu dibawah sinaran bulan purnama yang indah.
Teringat saat bertemu dengan mu, aku tidak
melihat lagi dimana temanku saat itu, hanya kita berdua saat engkau hadir
tiba-tiba. Angin menyibakkan rambut yang menutup mata mu, di situ aku melihat
tatapan matamu yang tajam namun tulus.
“ Ainal “ Kata ku sambil kujulurkan tangan
ku tanda ingin berkenalan dengan mu.
“Aida” jawab kamu dengan singkat setelah
tepat 7 menit aku menunggu dengan posisi seperti itu.
Engkau datang seperti candu bagiku. Moralitas, kemanusiaan dan religi melarang hubungan gelap kita. Namun aku tak pernah ragu sedikit pun untuk mencintaimu. Ada satu hal yang membuat aku selalu nyaman dengan mu. Kamu tidak pernah memaksakan aku untuk menjadi seperti yang kau inginkan, aku pun begitu, Sayang.
Kita menjalani kisah ini dengan tulus, suci bagi kita.
“Aku tak peduli apa kata orang. Aku sayang padamu, Aida” jawab ku ketika kamu bertanya soal hubungan kita.
“ Ainal, kamu gila ? Kamu sudah tidak waras
? “ Andi setengah kaget ketika mendengar
kisahku padamu.
“ Kamu tidak mengerti Ndi, aku merasakan hidup saat berada di dekatnya, adrenalin jiwaku tumbuh setiap kali bertemu denganya. Bahkan saat – saat tertentu aku merasakan melayang jauh diatas awan seperti mempunyai sayap, menggapai indahnya bulan, Aku tak bisa lepas dari nya, Ndi.” Jawab ku pasti
" Satuhal yang tidak aku dapat dari orang-orang yang pernah menjadi pasangan ku Ndi, Ketulusan dan memahami perbedaan. Semua memaksaku untuk menjadi seperti yang mereka inginkan. aku tidak hidup" ujarku lagi.
“ Kamu tidak mengerti Ndi, aku merasakan hidup saat berada di dekatnya, adrenalin jiwaku tumbuh setiap kali bertemu denganya. Bahkan saat – saat tertentu aku merasakan melayang jauh diatas awan seperti mempunyai sayap, menggapai indahnya bulan, Aku tak bisa lepas dari nya, Ndi.” Jawab ku pasti
" Satuhal yang tidak aku dapat dari orang-orang yang pernah menjadi pasangan ku Ndi, Ketulusan dan memahami perbedaan. Semua memaksaku untuk menjadi seperti yang mereka inginkan. aku tidak hidup" ujarku lagi.
Andi berpaling lalu bergegas melangkah “
Gila! “ katanya.
Namun aku hanya tersenyum.
Namun aku hanya tersenyum.
“Ainal” seperti biasa, kamu selalu
mengagetkan aku dengan suara datarmu.
“ Aida kenapa lama sekali ? “ aku bertanya.
“ Aku harus pergi “ Jawab mu dengan datar.
Aku mencoba mencerna, batas apa lagi yang dapat memisahkan kita. “ Maksud kamu ? “ Tanyaku,
“ Aku harus melalui gerbang cahaya menuju dunia yang berbeda. Waktu ku telah habis!” jawab mu terpatah-patah namun masih dengan suara yang datar “
“ Aida kenapa lama sekali ? “ aku bertanya.
“ Aku harus pergi “ Jawab mu dengan datar.
Aku mencoba mencerna, batas apa lagi yang dapat memisahkan kita. “ Maksud kamu ? “ Tanyaku,
“ Aku harus melalui gerbang cahaya menuju dunia yang berbeda. Waktu ku telah habis!” jawab mu terpatah-patah namun masih dengan suara yang datar “
Kamu berbalik badan tanpa memperdulikan
aku, berjalan tanpa suara, melangkah tanpa jejak.
“ Bagaimana cara untuk menjadi kamu, Aida?” Teriak ku padamu “ Tolong jelaskan kepadaku “ Teriak ku lagi “. Tetap tak ada jawaban dari mu.
Aku hanya mendengar suara tawa khas mu “ Hi hi hi “.
“ Bagaimana cara untuk menjadi kamu, Aida?” Teriak ku padamu “ Tolong jelaskan kepadaku “ Teriak ku lagi “. Tetap tak ada jawaban dari mu.
Aku hanya mendengar suara tawa khas mu “ Hi hi hi “.
Aku lunglai tak berdaya disini, hati ku
hancur sudah, aku bukan aku tanpa kamu. Kamu kuntilanak terindah bagiku. Tak ada
manusia yang seperti kamu. “ Tolong, Kembalilah Aida!” seruku dalam kegelapan malam.
" Aku akan menjemput mu, Aida " Kulantangkan suaraku agar kau dengar sambil menggoreskan nadi ditangan kiriku. " Tiada lagi harapan " ujarku perlahan saat mata ini mulai tertutup dan melihat sesosok malaikat maut yang murka.
" Aku akan menjemput mu, Aida " Kulantangkan suaraku agar kau dengar sambil menggoreskan nadi ditangan kiriku. " Tiada lagi harapan " ujarku perlahan saat mata ini mulai tertutup dan melihat sesosok malaikat maut yang murka.
7 comments:
jadi aida itu kunti? seremmm
sekedar usul, mungkin penulisan dialognya bisa dibuat lebih rapi biar yg baca nggak kebingungan... atau mungkin saya aja kali yah :D
hu-um, beda tokoh dialog dibuat paragraf baru. Gitu kan ya bang Jampang.
dialog mulai paragraf 4 - 6, bikin bingung :(
agak miss kaya komen di atas. Tapi baca tawa khas hihihi, ngakak sendiri bayangin si Kunti
'Kuntilanak terindah' hehehe.....
kok jadi lucu bacanya...
Tapi fantasinya keren nih sama kuntilanak.. :D
ketitik -> ke titik
dibwah -> di bawah
dengan mu -> denganmu
menyibak-kan -> menyibakkan
disitu -> di situ
mata mu -> matamu
“ Ainal “ Kata ku -> "Ainal," kataku
tangan ku -> tanganku
“Aida” jawab kamu -> "Aida," jawab kamu
aku pun begitu, sayang. -> aku pun begitu, Sayang
didekatnya -> di dekatnya
dan masih banyak lagi :D
Keep writing ya..
@All...........
Keritinya membangun. Thanks atas itu :)
Thanks udah mampir juga
Post a Comment